REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rencana untuk mengajukan Masjid Kampung Laut sebagai situs warisan dunia di bawah Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya PBB (UNESCO) adalah sebuah gerakan yang disambut baik, khususnya bagi masyarakat Kelantan di Malaysia.
Mungkin banyak yang tidak tahu tentang kisah menarik yang berkaitan erat dengan masjid tersebut. Mimbarnya tetap utuh dan diyakini merupakan yang tertua di Malaysia.
Mimbar yang diperkirakan berusia 400 tahun tersebut kini berada di Masjid Ar Rahman di Kampung Surau Pasir Pekan, Wakaf Bharu, di Tumpat, Kelantan. Mimbar itu diyakini telah ditempatkan di masjid tersebut ketika proses relokasi di Masjid Kampung Laut berlangsung pada 1970-an.
Masjid Kampung Laut dibangun pada abad ke-18. Masjid tersebut awalnya terletak di Kampung Laut di Tumpa, sebelum dipindahkan sekitar 21 kilometer ke Nilam Puri untuk melindunginya dari banjir yang telah terjadi dua kali, yakni pada 1926 dan 1966.
Kepala Departemen Seni dan Desain Universiti Pendidikan Sultan Idris Harleny Abd Arif mengatakan, meskipun tidak ada informasi spesifik mengenai tanggal dari mimbar itu dibuat, umurnya ditentukan oleh referensi silang teks arsitektur dan tulisan ilmiah di Masjid Kampung Laut, yang merupakan masjid tertua di Malaysia.
“Kita masih dapat menentukan usia dari mimbar tersebut berdasarkan arsitektur dan tanggal Masjid Kampung Laut dibuat,” kata Harleny, yang telah 12 tahun berpengalaman melakukan riset tentang mimbar-mimbar, dilansir di Bernama, Ahad (16/1/2022).
Harleny mengatakan, mimbar setinggi dua meter ini memiliki keunikan di antaranya terbuat dari kayu chengal yang kukuh dan diukir menggunakan teknik Tebuk Tembus Bersilat dan Tebuk Timbul Bersilat. “Juga ada motif Bunga Ketumbit dan Daun Kerak Nasi yang diukir di mimbar ini, mendemonstrasikan karya teliti dari pengukirnya,” ujarnya.
“Mimbar tersebut juga menampilkan pola bunga Melur pada ‘papan meleh’ dan panel gunungan bersulur di bagian depan dan belakangnya, sedangkan kedua sisi tempat duduk khatib diukir dengan pola sulur paut yang menyolok,” tambahnya.
Sementara itu, Harleny mengatakan, Masjid Kampung Laut yang terletak di antara Demak di Jawa Tengah dan Kerajaan Champa, memiliki kemiripan arsitektur dengan Masjid Agung Demak. “Ini menunjukkan hubungan diplomatik sudah ada sejak abad ke-14 dan itu berhubungan dengan Masjid Kampung Laut, masjid tertua di Malaya,” katanya.
Dosen jurusan Arsitektur dan Lingkungan Binaan di di University Kebangsaan Malaysia (UKM) Mastor Surat, mengatakan, permukaan kayu yang tidak rata pada rangka utama masjid menunjukkan masjid ini dibangun dengan menggunakan alat-alat dasar pertukangan saja.
“Mungkin saat itu masyarakat baru bangkit setelah runtuhnya suatu peradaban yang mungkin disebabkan oleh unsur alam seperti banjir, badai, gempa bumi dan lain sebagainya yang telah merusak harta benda dan kehidupan. Orang-orang masih memiliki pengetahuan, tetapi mereka tidak memiliki alat pertukangan,” katanya. – Republika